Sabtu, 18 Mei 2013

Manfaat Mencintai & Mengidolakan Rosulullah SAW


Manfaat Mencintai & Mengidolakan Rosulullah SAW

Setiap orang pasti memiliki idolanya masing-masing. Idola berarti seseorang yang menjadi pujaan hati, seseorang yang menjadi panutan dalam keseharian, bisa dari kebiasaanya, gaya bicara, model pakaian, hingga model rambutnya menjadi ceminan bagi orang yang mengidolakan, bahkan rela merogoh kocek untuk mendapatkan posternya, membeli berbagai aksesoris mirip milik sang idola.
Siapakah idolamu?
Are u have the right idol? How if u have the wrong idol?
Jawaban dari pertanyaan tersebut sangat bervariasi. Bagi orang mengaku islam, jika di tanya siapakah idolamu? Ada yang menjawab Rosulullah SAW, orang tua, gurunya, pimpinannya dalam bekerja atau artis yang mereka gandrungi, adapula yang mengidolakan tokoh-tokoh barat karena penemuannya, keahlianya, dan kehebatannya, padahal mereka adalah orang-orang non muslim. Padahal keagungan mereka hanya bersifat artificial. Mereka memiliki kehebatan tertentu dan hanya secuil, tetapi dari segi banyak hal terdapat kekurangan yang luar biasa. Mungkin beberapa dari kita akan kelabakan jika disuguhi oleh pertanyaan: Siapa nama istri nabi Muhammad saw? Siapa nama cucu Beliau? Siapa nama ayah dan ibu nabi Muhammad saw?. Akan berbeda jika kita di tanya seperti: Siapa itu Peterpan atau artis ibu kota/tokoh2 lainnya? Siapa saja personilnya? Apa judul album terbarunya? bisa jadi jika ditanya tanggal lahirnya pun akan sangat mudah dijawab dibandingkan menjawab pertanyaan seputar nabi Muhammad saw. Sebagai umat islam seharusnya Rosulullah SAW-lah idola satu-satunya. Kesalahan dalam memilih idola akan berdampak pada pola hidup, cara berfikir hingga kebiasaan sehari-hari, karena seseorang yang mengidolakan/mencintai sosok sang idola secara psikologis akan terpengaruh terhadap segala sesuatu yang melekat pada sang idola, mulai dari cara dan model berpakaian, hingga kebiasaannya serta timbulnya ambisi untuk menjadi seperti sang idola. Lantas apa jadinya jika kita salah dalam memilih idola? Masih adakah kebaikan yang bisa diharapkan?
Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada(diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu(yaitu) bagi orang yang mengharap(rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS, Al Ahzab:33:21).
Mengidolakan Rosulullah saw bukan berarti secara multak mengkultuskan Rosulullah, melainkan mencintai Rosulullah pada hakekatnya mencintai keselamatan kehidupan kita karena atas petunjuk Rosul itu kita dapatkan. Rosulullah saw menginginkan orang-orang beriman mencintai beliau atas dasar makna risalah islam.
Dengan kita mengidolakan Rosulullah dan Mencintainya berarti kita akan sering bersholawat/memperbanyak sholawat kepadanya,
Abu hurairah ra berkata bahwa Rosulullah saw bersabda ”Bershalawatlah kalian kepadaku, karena sholawat itu adalah permbersih jiwa bagi kalian” (HR. Imam Ahmad). Dengan memperbanyak sholawat, dosa akan diampuni serta kesedihan dan kesukaran akan dilenyapkan. Sholawat juga merupakan perantara mendapatkan syafa’at dari Rosulullah pada hari Kiamat. Cinta kepada Rosul adalah cinta yang membuahkan sujud dan ibadah, Rosulullah bersabda “Tolonglah aku untuk menolong dirimu dengan memperbanyak sujud” (HR. muslim, Abu dawud, dan Imam Ahmad). Cinta kepada Rosul adalah cinta yang membuahkan akhlak yang baik. Jabir ra mengatakan bahwa nabi saw bersabda “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat dariku tempat duduknya pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara, yang pura-pura bicara fasih, dan yang berbicara (dengan sombong)untuk menampakkan kefasihannya”(HR. Tirmidzi, Imam Ahmad, dan Ibnu Hibban). Cinta kepada Rosul adalah cinta yang membuahkan sifat mulia, Abu dzar ra berkata “Idamanku(yaitu Rosulullah saw) berwasiat lima perkara kepadaku, Hendaknya aku menyayangi dan duduk bersama dengan orang-orang miskin, melihat kepada mereka yang dibawahku dan tidak menengok kepada mereka yang berada diatasku(dalam kehidupan dunia), menyambung silaturahim walau mereka memutuskan silaturahim, berkata benar walaupun ahit kenyataannya, mengucap laa haula wala quwwata illah billahi”. Dalam satu riwayat disebutkan : dengan tujuh perkara dengan ditambah: Dan beliau memerintahkan agar tidak meminta-minta kepada manusia serta jangan takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Wallahu A’lam bishawab
Sumber: diambil dari berbagai sumber, dituliskan oleh si tukang kebun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar